Banyak guru menyelenggarakan pengajaran
menulis dengan pendekatan tak tepat. Dengan hanya memberikan sebuah
topik karangan yang mesti dikembangkan para siswa, sang guru kemudian
memerintahkan mereka menulis sebuah karangan di rumah. Kemudian, begitu
tugas diselesaikan para siswanya, ia tinggal memberi penilaian dan
menyerahkan kembali kepada para siswa.
Adakah pengetahuan tentang menulis yang
lebih komprehensif didapat oleh para siswa, dengan kepatuhan mereka
mengikuti cara pendekatan gurunya ini, khususnya dalam hal pelaksanaan
tugas karang-mengarang yang diberikan?
Para siswa hanya melihat bahwa
seandainya ada kesalahan dalam hal penyusunan ide karangan, selanjutnya
mereka pada tugas mengarang lainnya tentu tak akan mengulanginya lagi.
Selain itu, para siswa juga terkondisi pada upaya untuk meraih nilai
yang tinggi, dan berusaha untuk memperbaiki kualitas hasil karangannya
demi, sekali lagi, tingginya nilai mata pelajaran menulis sebagai bagian
dari pelajaran bahasa. Ironis bukan? Ketika Anda mengharapkan para
siswa yang Anda didik ternyata lebih cenderung mengejar ”nilai”,
bukannya mengasah ketrampilan untuk bekal hidupnya kelak.
Maka dari itu, pendekatan yang lebih
baik dalam mengajarkan dan mengembangkan minat para siswa untuk menulis
mesti ditemukan. Berikut ini ada 5 tips praktis yang bisa digunakan:
1. Berikan ”tugas” membuat karangan, bukan menetapkan ”topik” karangan yang mesti dikembangkan.
Motivasi para siswa untuk menulis
karangan yang baik dengan cara menggalinya dari peristiwa sehari-hari
(realisme). Tak perlu panjang lebar kita membahasnya, coba langsung saja
Anda terapkan dua trik berbeda ini dan bandingkanlah (tentu saja masih
banyak trik lainnya yang bisa Anda temukan). Anda menugaskan para siswa:
Pertama : Menulis 500 kata dari hasil
olah pikir mereka sendiri sehubungan dengan topik yang seblumnya
ditentukan yakni ”Daur Ulang Limbah Rumah Tangga”.
Kedua : Atau Anda memotivasi para siswa
seolah-olah mereka sedang melakukan kegiatan ”Pengomposan Limbah Sisa
Makanan”. Lalu, mereka mengalami masalah teknis ketika mencampur
bahan-bahan yang akan dikomposkan. Mereka meminta saran, lalu Anda
menganjurkan mereka agar bahan-bahan kompos tersebut dipilih-pilih
berdasarkan ukurannya. Supaya proses pengomposannya berjalan cepat, Anda
juga menyarankan mereka untuk mencampur bahan kompos dengan cairan EM 4
dan semua bahan itu mesti dimasukkan ke dalam wadah tertutup.
Trik yang kedua (bandingkanlah) mungkin
lebih membangkitkan kreatifitas dari dalam diri siswa Anda. Karangan
siswa Anda mungkin akan menemukan rujuk acuan tertentu, misalnya,
bagaimana agar membuat tulisan yang dikarang terkesan formal dan ilmiah,
nada tulisan apa yang mesti disertakan untuk mendukungnya. Sebaliknya,
karangan yang ditulis para siswa Anda akan tampak terkesan seperti ”esai
bergaya sekolahan” saja jika Anda sebelumnya cenderung lebih tertarik
memakai pendekatan ”trik penetapan topik karangan”.
2. Memilih secara acak satu kalimat dari tiap hasil karangan para siswa Anda untuk dianalisa secara terbuka.
Pada langkah ini, guru mengambil satu
kalimat yang bersangkutan dengan tujuan analisa terbuka dari
masing-masing hasil karangan siswa dan menuliskannya di papan tulis.
Hindari keinginan Anda untuk menyebutkan sumber kalimat yang sedang
dianalisa adalah dari hasil tugas ”siswa tertentu”. Hal ini agar para
siswa juga mengetahui bilamana ditemukan kesalahan dalam penulisan, maka
kesalahan tersebut bukanlah tipikal kelemahan individual. Sebab,
kemungkinan kesalahan yang sama juga bisa dilakukan anggota kelas
lainnya. Terlebih tujuan dari kegiatan analisa kalimat secara terbuka
ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan ketelitian tiap siswa Anda
saat menuangkan gagasan ke dalam karangan yang ditulis. Jadi, bukan
bertujuan menemukan ”model kalimat yang buruk” dari kelemahan
individual.
Contoh:
“Kami mencampur bahan-bahan kompos dan memasukkannya ke dalam drum plastik. Kegiatan ini dilaksanakan dirumah Dina.”
Pada contoh dari kalimat kedua di atas
yang sedang dianalisa secara terbuka, ternyata Anda menemukan bahwa
penggunaan kata depan (preposisi) ”di” tidak tepat. Seharusnya kata
depan yang dipasangkan dengan keterangan tempat ”rumah Dina” ditulis
terpisah. Selanjutnya, sebagai guru yang membimbing para siswa, Anda
mendiskusikannya bersama agar kesalahan penulisan yang serupa tak lagi
dilakukan.
3. Menganjurkan perbaikan karangan yang ditulis pada ”draft tulisan kedua”.
Sangat penting untuk menganjurkan para
siswa Anda memperbaiki lagi kualitas karangan yang sebelumnya ditulis
dalam ”draft tulisan kedua”. Bagi para siswa, kegiatan ini akan
membantunya untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, mengingat tidak
membuat kesalahan yang sama lagi. Selain itu, para siswa diberitahu
bahwa tulisan mereka merupakan bagian dari proses. Mereka juga dapat
memahami agar lebih memperhatikan bentuk dalam draft pertama dan lebih
memperhatikan akurasi di draft tulisan kedua.
Anda pun sebagai seorang guru yang
membimbing memiliki cukup waktu untuk memberikan perhatian secara
khusus terhadap setiap siswa. Bersamaan dengan ini, tiap siswa Anda akan
menyadari bahwa karangan yang mereka tulis sangat penting dan mereka
mendapat perhatian tertentu dari Anda sebagai pembimbingnya.
4. Mengarahkan para siswa Anda menulis secara professional dengan memperhatikan format tulisan.
Tujuannya untuk memastikan bahwa tiap
siswa Anda telah menyelesaikan tugas dan menyerahkan hasil pekerjaan
mereka pada Anda dalam format tulisan yang ”layak dan professional”.
Oleh karena itu, Anda memberikan syarat bahwa karangan tiap siswa Anda
akan diterima kalau mereka mengetiknya dan bukan ditulis dengan tangan.
Berikan tiap siswa Anda pengertian bahwa menulis teks dengan tangan
sama sekali tidak realistis untuk lingkungan kerja saat ini. Sebagai
gurunya, katakan pada mereka bahwa Anda bertanggung-jawab mempersiapkan
tiap siswa menjadi individu yang kelak mampu bersaing di lingkungan
kerja dengan kemahiran dan professionalitas yang dimiliki.
Berikan para siswa Anda inspirasi
tentang format tulisan yang diterima publik secara luas. Misalnya, Anda
memperlihatkan contoh artikel dari koran atau majalah yang ditulis dalam
dua kolom, penempatan judulnya yang pas dan menyertakan kutipan yang
layak di bawah foto. Katakan pada mereka: ”Inilah format tulisan
professional yang selalu menyedot perhatian pembaca.”
Langkah ini memang berkaitan dengan
estetika. Tetapi, hal ini akan memotivasi siswa Anda untuk menghasilkan
lebih banyak tulisan professional setelah mereka mengetahui cara
penyajian tulisan seperti ini lah yang layak dan diterima khalayak
pembaca.
5. Membaca keluar. Tiap siswa diminta berani membacakan hasil karangan yang ditulis di depan rekan-rekannya.
Sebelumnya para siswa harus membentuk
kelompok empat sampai lima orang per kelompok, dan bergiliran membaca
karangan hasil pekerjaan mereka ke hadapan anggota kelompok yang lain.
Dampaknya sangat baik karena mampu mendorong tiap siswa untuk memberikan
komentar positif pada setiap pekerjaan orang lain. Keuntungan
tambahannya adalah menghubungkan keterampilan artikulasi gagasan secara
lisan dan tertulis. Para siswa akan berlatih pengucapan dan berbicara.
Hal ini juga akan mengingatkan Anda bahwa para siswa cenderung lancar
mengartikulasikan gagasan ke dalam tulisan mereka, tetapi biasanya
mereka akan ragu untuk menggunakannya ketika berbicara. Membaca hasil
tugas karangannya sendiri ini juga akan melatih para siswa mendengarkan
pendapat di lingkungan tanpa tekanan.
Setelah Anda memberdayakan para siswa
untuk menulis dengan menerapkan lima tips praktis ini, percayalah mereka
akan menyukai hasil pekerjaannya dan berupaya mengembangkan kemampuan
menulisnya sendiri. Akhirnya, menulis bukan lagi menjadi kewajiban para
siswa untuk sekadar mendapatkan nilai mata pelajaran tinggi di dalam
buku raport. Menulis akan menjadi semacam kegemaran yang mengasyikan
untuk mengembangkan ketrampilan bermanfaat yang praktis bagi mereka.
Sumber Kompasiana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar