Sabtu, 04 Agustus 2012

Lima Tips Memotivasi Siswa Menulis

Banyak guru menyelenggarakan pengajaran menulis dengan pendekatan tak tepat. Dengan hanya memberikan sebuah topik karangan yang mesti dikembangkan para siswa, sang guru kemudian memerintahkan mereka menulis sebuah karangan di rumah. Kemudian, begitu tugas diselesaikan para siswanya, ia tinggal memberi penilaian dan menyerahkan kembali kepada para siswa.
Adakah pengetahuan tentang menulis yang lebih komprehensif didapat oleh para siswa, dengan kepatuhan mereka mengikuti cara pendekatan gurunya ini, khususnya dalam hal pelaksanaan tugas karang-mengarang yang diberikan?


Para siswa hanya melihat bahwa seandainya ada kesalahan dalam hal penyusunan ide karangan, selanjutnya mereka pada tugas mengarang lainnya tentu tak akan mengulanginya lagi. Selain itu, para siswa juga terkondisi pada upaya untuk meraih nilai yang tinggi, dan berusaha untuk memperbaiki kualitas hasil karangannya demi, sekali lagi, tingginya nilai mata pelajaran menulis sebagai bagian dari pelajaran bahasa. Ironis bukan? Ketika Anda mengharapkan para siswa yang Anda didik ternyata lebih cenderung mengejar ”nilai”, bukannya mengasah ketrampilan untuk bekal hidupnya kelak.

Maka dari itu, pendekatan yang lebih baik dalam mengajarkan dan mengembangkan minat para siswa untuk menulis mesti ditemukan. Berikut ini ada 5 tips praktis yang bisa digunakan:

1. Berikan ”tugas” membuat karangan, bukan menetapkan ”topik” karangan yang mesti dikembangkan.

Motivasi para siswa untuk menulis karangan yang baik dengan cara menggalinya dari peristiwa sehari-hari (realisme). Tak perlu panjang lebar kita membahasnya, coba langsung saja Anda terapkan dua trik berbeda ini dan bandingkanlah (tentu saja masih banyak trik lainnya yang bisa Anda temukan). Anda menugaskan para siswa:

Pertama : Menulis 500 kata dari hasil olah pikir mereka sendiri sehubungan dengan topik yang seblumnya ditentukan yakni ”Daur Ulang Limbah Rumah Tangga”.

Kedua : Atau Anda memotivasi para siswa seolah-olah mereka sedang melakukan kegiatan ”Pengomposan Limbah Sisa Makanan”. Lalu,  mereka mengalami masalah teknis ketika mencampur bahan-bahan yang akan dikomposkan. Mereka meminta saran, lalu Anda menganjurkan mereka agar bahan-bahan kompos tersebut dipilih-pilih berdasarkan ukurannya. Supaya proses pengomposannya berjalan cepat, Anda juga menyarankan mereka untuk mencampur bahan kompos dengan cairan EM 4 dan semua bahan itu mesti dimasukkan ke dalam wadah tertutup.

Trik yang kedua (bandingkanlah) mungkin lebih membangkitkan kreatifitas dari dalam diri siswa Anda. Karangan siswa Anda mungkin akan menemukan rujuk acuan tertentu, misalnya, bagaimana agar membuat tulisan yang dikarang terkesan formal dan ilmiah, nada tulisan apa yang mesti disertakan untuk mendukungnya. Sebaliknya, karangan yang ditulis para siswa Anda akan tampak terkesan seperti ”esai bergaya sekolahan” saja jika Anda sebelumnya cenderung lebih tertarik memakai pendekatan ”trik penetapan topik karangan”.

2. Memilih secara acak satu kalimat dari tiap hasil karangan para siswa Anda untuk dianalisa secara terbuka.

Pada langkah ini, guru mengambil satu kalimat yang bersangkutan dengan tujuan analisa terbuka dari masing-masing hasil karangan siswa dan menuliskannya di papan tulis. Hindari keinginan Anda untuk menyebutkan sumber kalimat yang sedang dianalisa adalah dari hasil tugas ”siswa tertentu”. Hal ini agar para siswa juga mengetahui bilamana ditemukan kesalahan dalam penulisan, maka kesalahan tersebut bukanlah tipikal kelemahan individual. Sebab, kemungkinan kesalahan yang sama juga bisa dilakukan anggota kelas lainnya. Terlebih tujuan dari kegiatan analisa kalimat secara terbuka ini adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan ketelitian tiap siswa Anda saat menuangkan gagasan ke dalam karangan yang ditulis. Jadi, bukan bertujuan menemukan ”model kalimat yang buruk” dari kelemahan individual.

Contoh:

“Kami mencampur bahan-bahan kompos dan memasukkannya ke dalam drum plastik. Kegiatan ini dilaksanakan dirumah Dina.”

Pada contoh dari kalimat kedua di atas yang sedang dianalisa secara terbuka, ternyata Anda menemukan bahwa penggunaan kata depan (preposisi) ”di” tidak tepat. Seharusnya kata depan yang dipasangkan dengan keterangan tempat ”rumah Dina” ditulis terpisah. Selanjutnya, sebagai guru yang membimbing para siswa, Anda mendiskusikannya bersama agar kesalahan penulisan yang serupa tak lagi dilakukan.

3. Menganjurkan perbaikan karangan yang ditulis pada ”draft tulisan kedua”.

Sangat penting untuk menganjurkan para siswa Anda memperbaiki lagi kualitas karangan yang sebelumnya ditulis dalam ”draft tulisan kedua”.  Bagi para siswa, kegiatan ini akan membantunya untuk memperbaiki kesalahan mereka sendiri, mengingat tidak membuat kesalahan yang sama lagi. Selain itu, para siswa diberitahu bahwa tulisan mereka merupakan bagian dari proses. Mereka juga dapat memahami agar lebih memperhatikan bentuk dalam draft pertama dan lebih memperhatikan akurasi di draft tulisan kedua.
Anda pun sebagai seorang guru yang membimbing memiliki cukup waktu untuk memberikan perhatian secara  khusus terhadap setiap siswa. Bersamaan dengan ini, tiap siswa Anda akan menyadari bahwa karangan yang mereka tulis sangat penting dan mereka mendapat perhatian tertentu dari Anda sebagai pembimbingnya.
4. Mengarahkan para siswa Anda menulis secara professional dengan memperhatikan format tulisan.

Tujuannya untuk memastikan bahwa tiap siswa Anda telah menyelesaikan tugas dan menyerahkan hasil pekerjaan mereka pada Anda dalam format tulisan yang ”layak dan professional”. Oleh karena itu, Anda memberikan syarat bahwa karangan tiap siswa Anda akan diterima kalau mereka mengetiknya dan bukan ditulis dengan tangan. Berikan tiap siswa Anda pengertian bahwa menulis teks dengan  tangan sama sekali tidak realistis untuk lingkungan kerja saat ini. Sebagai gurunya, katakan pada mereka bahwa Anda bertanggung-jawab mempersiapkan tiap siswa menjadi individu yang kelak mampu bersaing di lingkungan kerja dengan kemahiran dan professionalitas yang dimiliki.

Berikan para siswa Anda inspirasi tentang format tulisan yang diterima publik secara luas. Misalnya, Anda memperlihatkan contoh artikel dari koran atau majalah yang ditulis dalam dua kolom, penempatan judulnya yang pas dan menyertakan kutipan yang layak di bawah foto. Katakan pada mereka: ”Inilah format tulisan professional yang selalu menyedot perhatian pembaca.”

Langkah ini memang berkaitan dengan estetika. Tetapi, hal ini akan memotivasi siswa Anda untuk menghasilkan lebih banyak tulisan professional setelah mereka mengetahui cara penyajian tulisan seperti ini lah yang layak dan diterima khalayak pembaca.

5. Membaca keluar. Tiap siswa diminta berani membacakan hasil karangan yang ditulis di depan rekan-rekannya.

Sebelumnya para siswa harus membentuk kelompok empat sampai lima orang per kelompok, dan bergiliran membaca karangan hasil pekerjaan mereka ke hadapan anggota kelompok yang lain. Dampaknya sangat baik karena mampu mendorong tiap siswa untuk memberikan komentar positif pada setiap pekerjaan orang lain. Keuntungan tambahannya adalah menghubungkan keterampilan artikulasi gagasan secara lisan dan tertulis. Para siswa akan berlatih pengucapan dan berbicara. Hal ini juga akan mengingatkan Anda bahwa para siswa cenderung lancar mengartikulasikan gagasan ke dalam tulisan mereka, tetapi biasanya mereka akan ragu untuk menggunakannya ketika berbicara. Membaca hasil tugas karangannya sendiri ini juga akan melatih para siswa mendengarkan pendapat di lingkungan tanpa tekanan.

Setelah Anda memberdayakan para siswa untuk menulis dengan menerapkan lima tips praktis ini, percayalah mereka akan menyukai hasil pekerjaannya dan berupaya mengembangkan kemampuan menulisnya sendiri. Akhirnya, menulis bukan lagi menjadi kewajiban para siswa untuk sekadar mendapatkan nilai mata pelajaran tinggi di dalam buku raport. Menulis akan menjadi semacam kegemaran yang mengasyikan untuk mengembangkan ketrampilan bermanfaat yang praktis bagi mereka.

Sumber Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar